Home » , , , , » "Hadza Min Fadhli Rabby" : Pengalaman Haji Atas Undangan Raja Saudi Arabia 2014 (Bagian 3)

"Hadza Min Fadhli Rabby" : Pengalaman Haji Atas Undangan Raja Saudi Arabia 2014 (Bagian 3)

Written By Irhash A. Shamad on 13 Februari 2015 | 22.29



Hari-hari menjelang wukuf (Haji), hanya diisi dengan kegiatan ibadah malam di Masjidil Haram, karena waktu-waktu siangnya kami lebih memilih berada di hotel, karena suhu pada waktu siang sangat begitu menyengat. Untuk ibadah malam ini memang diatur sendiri-sendiri, kadang saya berangkat sebelum Maghrib dan pulang setelah Isya untuk makan malam dan kembali lagi jam 03.00 hingga Shubuh, dan tak jarang juga ke Masjidil Haram sebelum Isya dan pulangnya pagi. Tidak ada pengaturan oleh panitia menyangkut ibadah, kecuali transportasi yang selalu tersedia, juga hidangan makan, snack malam serta buah-buahan yang selalu ada. Bagi saya, pelayanan jamaah tamu ini dirasakan sangat luar biasa, karena benar-benar memberi kemudahan dan sangat menyenangkan. Suatu hal yang sangat berkesan pula adalah pada saat setiap keluar dan masuk hotel selalu disambut dengan tuangan air zamzam dan hidangan kurma oleh petugas yang khusus untuk itu. Namun ada satu hal yang selalu harus kami ingat setiap akan keluar hotel, yaitu memakai ID Card Haji Undangan Khadim Haramayn yang telah diberikan kepada kami sewaktu tiba di Makkah. ID Card itu harus selalu terpasang di dada. Kalau suatu saat kelupaan dan tidak bisa menunjukkan kepada petugas, maka kami akan kesulitan untuk masuk ke hotel. Petugas security sangat ketat dan tegas pada tamu-tamu yang tidak memiliki ID Card, namun juga sangat ramah untuk ukuran petugas security, mereka bahkan juga tak segan-segan melayani dan membantu pada saat tamu memerlukannya, meskipun itu bukan tugas mereka.

Demikianlah hari-hari di hotel Makarim. Sesekali bercengkrama dengan petugas, dengan tamu yang berbeda negara, begitu juga dengan panitia, sungguh mengasyikkan juga, meski dengan bahasa yang pas-pasan. Suatu hal yang saya sukar melupakan ialah dengan intensifnya interaksi para tamu seperti digambarkan itu, terbentuk pula suatu “komunitas” khusus secara spontan tanpa ada yang mensponsorinya. Meskipun “komunitas” ini didasari oleh kesamaan hobby (yang sebenarnya tidak patut untuk dibanggakan). “Komunitas” ini terdiri dari para “professional” dari berbagai belahan dunia, yang berkumpul secara spontan tanpa diundang hadir pada suatu tempat khusus di sekitar hotel Makarim, apalagi saat-saat selesai makan. Saking intensifnya pertemuan ini, muncul pula “gagasan” segar oleh sebagian anggota untuk menamai pertemuan rutin ini dengan “International Congres of Moslem Smokers”, yang anggotanya adalah orang-orang “khusus” (mungkin tepatnya : “orang berkeperluan khusus”), yang tidak saja terdiri dari sebagian jamaah calon haji tamu dari berbagai negara itu, akan tetapi juga dari panitia dan petugas hotel sendiri (just kidding lho!….tp itu berkesan juga), dan yang pasti, tidak ada suatu keputusan apapun yang dihasilkan dalam “kongres” icak-icak tersebut.


Hari-hari selanjutnya di Makarim Ummul Qura menjelang pelaksanaan wuquf terasa begitu melambat kami rasakan karena ketidaksabaran kami untuk segera melaksanakan ibadah haji (wuquf di ‘Arafah). Apalagi  pelaksanaan wuquf tahun ini bertepatan pada hari Jum’at, yang menurut sementara pendapat disebut sebagai Haji Akbar. Suatu kesempatan berhaji yang sangat langka untuk didapatkan, bahkan menurut sebagian ulama Haji Akbar dianggap sebagai yang memiliki beberapa keutamaan.

Meskipun tidak diberitahukan sebelumnya melalui jadwal, namun panitia ternyata sudah mempersiapkan beberapa agenda ziarah ke tempat-tempat tertentu untuk mengisi kekosongan kegiatan pada waktu siang. Perjalanan ziarah pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 September (4 Dzulhijjah 1435 H) diawali dengan kunjungan ke Museum Haramayn “Ri`asah al-‘Aamah li Syu`uni al Masjidi al-Haram wa al-Masjid an-Nabawy”, sebuah lembaga yang menangani hal-hal yang menyangkut urusan pengembangan Masjidil Haram dan Masjid Nabawy. Di Lembaga ini juga terdapat museum Haramayn dimana kita bisa menyaksikan semua alat dan kelengkapan yang pernah digunakan di kedua  masjidil haram tersebut, seperti : pintu Ka’bah yg digunakan sejak awal berikut kiswahnya, kerangka sumur Zamzam, kerangka Maqam Ibrahim,  mimbar Masjid Nabawy, maket pengembangan kedua masjid tersebut, serta peninggalan-peninggalan lainnya. Di bagian lain dapat pula disaksikan proses pengerjaan kiswah (kain penutup) Ka’bah, mulai perancangan kaligrafi hingga penyulaman kiswah tersebut oleh tenaga-tenaga sangat profesional dan yang khusus ditugaskan untuk itu.



Esoknya Selasa 30 September kami dibawa mengunjungi Museum “Assalamu’alaika Ayyuhan Nabiy” sebuah museum yang baru diresmikan setahun yang lalu. Museum ini disamping memuat segala hal yang menyangkut kehidupan pribadi Rasulullah SAW sejak kelahiran hingga wafatnya, benda-benda peninggalan properti Rasulullah, dan replika situs Beliau bersama keluarga dan para shahabat serta berbagai catatan yang komplit tentang kehidupan keseharian Rasulullah SAW. Itu semua dilengkapi dengan tayangan apik teknologi multimedia yang terbilang mutaakhir. Sehingga dari pintu masuk hingga ke pintu keluar, para pengunjung seperti diajak berwisata menelusuri kehidupan Rasulullah SAW, bahkan kita seperti merasakan kehadiran Rasul sendiri. Dari informasi yang disampaikan konon dihabiskan waktu l.k. 10 tahun pengolahan museum canggih seperti ini dengan melibatkan para pakar, ulama dan para muhadditsin dan dilanjutkan dengan perancangan dan pengolahan display data dan deorama oleh pakar-pakar multimedia. Bahkan semua arsip pengerjaan, yang terdiri dari catatan-catatan, manuskrip, dan semua fasilitas yang digunakan seperti pena, lem, tinta, pisau dan sebagainya yang digunakan untuk pengolahan data museum ini disimpan secara rapi dan dipajang pada step akhir “perjalanan wisata” yang dipamerkan pada museum ini….sangat menakjubkan!, wa hadza min fadhli Rabby.




Masih di hari-hari menunggu wukuf ‘Arafah yang waktu-waktu terasa melambat dengan ketiadaan kegiatan ziarah. Panitia sengaja mengosongkan kegiatan untuk memberi kesempatan kepada semua tamu supaya dapat dimanfaatkan untuk persiapan fisik. Tidak ada kegiatan keluar pada diwaktu siang, kecuali shalat Zhuhur dan ‘Ashar di Mushalla hotel Makarim diselingi beberapa kegiatan tadarrusan dan ceramah ringan oleh para ustaz yang sudah dipersiapkan, sedangkan pada malamnya ke Masjidil Haram seperti malam-malam sebelumnya yang diatur secara bebas oleh masing-masing tamu.

Pagi Kamis 2 Oktober semua tamu bersiap-siap untuk berangkat ke ‘Arafah untuk pelaksanaan Haji. Saya dan semua tamu lainnyapun mengemas barang-barang untuk persiapan keberangkatan ke ‘Arafah. Agar pelaksanaan ibadah haji nantinya tidak terganggu dengan barang bawaan yang banyak, maka untuk para tamu sudah dipersiapkan sebuah tas tentengan khusus yang seragam dan tidak terlalu besar untuk mengemas keperluan di Arafah hingga Mina nantinya. Kamipun hanya membawa pakaian seperlunya serta beberapa keperluan mandi yang memang sudah disediakan oleh panitia bersama tas tentengan itu. Selain itu, menjelang keberangkatan ke ‘Arafah panitia melengkapi semua jama’ah tamu masing-masing sebuah handphone Nokia Asha 505 touchscreen lengkap dengan simcard Saudi yang sudah terisi pulsa 50 real (lk. Rp.150.000).  Fasilitas yang disebut terakhir ini sudah tentu bertujuan untuk memudahkan komunikasi antar jamaah tamu dan panitia saat pelaksanaan ibadah haji ‘Arafah nantinya. Meskipun semua jam’ah membawa handphone, namun bagi jamaah, gadget ini tentu memiliki kenangan tersendiri serta dapat dimanfaatkan untuk berbagai komunikasi lainnya dalam jangka panjang, bahkan saat kembali ke tanah air nantinya…alhamdulillah.

Setelah semua persiapan ke ‘Arafah selesai, maka ba’da Zhuhur saya dan jamaah tamu lainnya sudah memakai pakaian ihram untuk pelaksanaa ibadah haji. Kami menunggu keberangkatan di lobby hotel, sementara sebagian yang lain sudah ada yang mulai mengatur bagasi.  Agaknya antrian menaiki buspun diatur sedemikian rupa sesuai dengan negara asal masing-masing.

Setidaknya ada 26 buah bus jama’ah tamu kerajaan yang berangkat dari Hotel Makarim secara bersamaan menuju ‘Arafah. Masing-masing tamu ditentukan nomor bus masing-masing yang tidak boleh bertukar-tukar selama pelaksanaan haji ‘Arafah hingga Mina. Untuk itu ID Card masing-masing ditempeli nomor bus yang akan digunakan agar tidak terjadi kekeliruan menaiki bus, karena karoseri dan warnanya semua memang sama...... (baca lanjutannya..... klik di sini)

© Irhash A. Shamad
Share this article :

Posting Komentar

Maklumat

Maklumat
 
Support : Pandani Web Design
Copyright © 2009-2014. Irhash's Cluster - All Rights Reserved
Template Created by Maskolis
Proudly powered by Blogger