Hari-hari menjelang wukuf (Haji), hanya diisi dengan kegiatan ibadah
malam di Masjidil Haram, karena waktu-waktu siangnya kami lebih memilih berada di hotel, karena suhu pada waktu siang sangat begitu
menyengat. Untuk ibadah malam ini memang diatur sendiri-sendiri, kadang saya
berangkat sebelum Maghrib dan pulang setelah Isya untuk makan malam dan kembali
lagi jam 03.00 hingga Shubuh, dan tak jarang juga ke Masjidil Haram sebelum
Isya dan pulangnya pagi. Tidak ada pengaturan oleh panitia menyangkut ibadah, kecuali
transportasi yang selalu tersedia, juga hidangan makan, snack malam serta
buah-buahan yang selalu ada. Bagi saya, pelayanan jamaah tamu ini dirasakan
sangat luar biasa, karena benar-benar memberi kemudahan dan sangat
menyenangkan. Suatu hal yang sangat berkesan pula adalah pada saat setiap
keluar dan masuk hotel selalu disambut dengan tuangan air zamzam dan hidangan
kurma oleh petugas yang khusus untuk itu. Namun ada satu hal yang selalu harus
kami ingat setiap akan keluar hotel, yaitu memakai ID Card Haji Undangan Khadim
Haramayn yang telah diberikan kepada kami sewaktu tiba di Makkah. ID Card itu harus
selalu terpasang di dada. Kalau suatu saat kelupaan dan tidak bisa menunjukkan
kepada petugas, maka kami akan kesulitan untuk masuk ke hotel. Petugas security
sangat ketat dan tegas pada tamu-tamu yang tidak memiliki ID Card, namun juga
sangat ramah untuk ukuran petugas security, mereka bahkan juga tak segan-segan
melayani dan membantu pada saat tamu memerlukannya, meskipun itu bukan tugas
mereka.
Demikianlah hari-hari di hotel Makarim. Sesekali bercengkrama
dengan petugas, dengan tamu yang berbeda negara, begitu juga dengan panitia, sungguh
mengasyikkan juga, meski dengan bahasa yang pas-pasan. Suatu hal yang saya
sukar melupakan ialah dengan intensifnya interaksi para tamu seperti
digambarkan itu, terbentuk pula suatu “komunitas” khusus secara spontan tanpa
ada yang mensponsorinya. Meskipun “komunitas” ini didasari oleh kesamaan hobby
(yang sebenarnya tidak patut untuk dibanggakan). “Komunitas” ini terdiri dari
para “professional” dari berbagai belahan dunia, yang berkumpul secara spontan
tanpa diundang hadir pada suatu tempat khusus di sekitar hotel Makarim, apalagi
saat-saat selesai makan. Saking intensifnya pertemuan ini, muncul pula
“gagasan” segar oleh sebagian anggota untuk menamai pertemuan rutin ini dengan
“International Congres of Moslem Smokers”, yang anggotanya adalah
orang-orang “khusus” (mungkin tepatnya : “orang berkeperluan khusus”), yang
tidak saja terdiri dari sebagian jamaah calon haji tamu dari berbagai negara
itu, akan tetapi juga dari panitia dan petugas hotel sendiri (just kidding
lho!….tp itu berkesan juga), dan yang pasti, tidak ada suatu keputusan apapun
yang dihasilkan dalam “kongres” icak-icak tersebut.
Hari-hari selanjutnya di Makarim Ummul Qura menjelang pelaksanaan wuquf terasa begitu melambat kami rasakan karena ketidaksabaran kami untuk segera melaksanakan ibadah haji (wuquf di ‘Arafah). Apalagi pelaksanaan wuquf tahun ini bertepatan pada hari Jum’at, yang menurut sementara pendapat disebut sebagai Haji Akbar. Suatu kesempatan berhaji yang sangat langka untuk didapatkan, bahkan menurut sebagian ulama Haji Akbar dianggap sebagai yang memiliki beberapa keutamaan.
Meskipun
tidak diberitahukan sebelumnya melalui jadwal, namun panitia ternyata sudah
mempersiapkan beberapa agenda ziarah ke tempat-tempat tertentu untuk mengisi
kekosongan kegiatan pada waktu siang. Perjalanan ziarah pertama dilaksanakan
pada hari Senin tanggal 29 September (4 Dzulhijjah 1435 H) diawali dengan
kunjungan ke Museum Haramayn “Ri`asah al-‘Aamah li Syu`uni al Masjidi
al-Haram wa al-Masjid an-Nabawy”, sebuah lembaga yang menangani hal-hal
yang menyangkut urusan pengembangan Masjidil Haram dan Masjid Nabawy. Di
Lembaga ini juga terdapat museum Haramayn dimana kita bisa menyaksikan semua
alat dan kelengkapan yang pernah digunakan di kedua masjidil haram tersebut, seperti : pintu
Ka’bah yg digunakan sejak awal berikut kiswahnya, kerangka sumur Zamzam,
kerangka Maqam Ibrahim, mimbar Masjid
Nabawy, maket pengembangan kedua masjid tersebut, serta peninggalan-peninggalan
lainnya. Di bagian lain dapat pula disaksikan proses pengerjaan kiswah (kain
penutup) Ka’bah, mulai perancangan kaligrafi hingga penyulaman kiswah tersebut
oleh tenaga-tenaga sangat profesional dan yang khusus ditugaskan untuk itu.
Esoknya
Selasa 30 September kami dibawa mengunjungi Museum “Assalamu’alaika Ayyuhan
Nabiy” sebuah museum yang baru diresmikan setahun yang lalu. Museum ini
disamping memuat segala hal yang menyangkut kehidupan pribadi Rasulullah SAW
sejak kelahiran hingga wafatnya, benda-benda peninggalan properti Rasulullah,
dan replika situs Beliau bersama keluarga dan para shahabat serta berbagai
catatan yang komplit tentang kehidupan keseharian Rasulullah SAW. Itu semua
dilengkapi dengan tayangan apik teknologi multimedia yang terbilang mutaakhir.
Sehingga dari pintu masuk hingga ke pintu keluar, para pengunjung seperti
diajak berwisata menelusuri kehidupan Rasulullah SAW, bahkan kita seperti
merasakan kehadiran Rasul sendiri. Dari informasi yang disampaikan konon
dihabiskan waktu l.k. 10 tahun pengolahan museum canggih seperti ini dengan
melibatkan para pakar, ulama dan para muhadditsin dan dilanjutkan dengan
perancangan dan pengolahan display data dan deorama oleh pakar-pakar
multimedia. Bahkan semua arsip pengerjaan, yang terdiri dari catatan-catatan,
manuskrip, dan semua fasilitas yang digunakan seperti pena, lem, tinta, pisau
dan sebagainya yang digunakan untuk pengolahan data museum ini disimpan secara
rapi dan dipajang pada step akhir “perjalanan wisata” yang dipamerkan pada
museum ini….sangat menakjubkan!, wa hadza min fadhli Rabby.
Masih
di hari-hari menunggu wukuf ‘Arafah yang waktu-waktu terasa melambat dengan
ketiadaan kegiatan ziarah. Panitia sengaja mengosongkan kegiatan untuk memberi
kesempatan kepada semua tamu supaya dapat dimanfaatkan untuk persiapan fisik.
Tidak ada kegiatan keluar pada diwaktu siang, kecuali shalat Zhuhur dan ‘Ashar
di Mushalla hotel Makarim diselingi beberapa kegiatan tadarrusan dan ceramah
ringan oleh para ustaz yang sudah dipersiapkan, sedangkan pada malamnya ke
Masjidil Haram seperti malam-malam sebelumnya yang diatur secara bebas oleh
masing-masing tamu.
Pagi Kamis 2 Oktober semua tamu bersiap-siap untuk berangkat
ke ‘Arafah untuk pelaksanaan Haji. Saya dan semua tamu lainnyapun mengemas
barang-barang untuk persiapan keberangkatan ke ‘Arafah. Agar pelaksanaan ibadah
haji nantinya tidak terganggu dengan barang bawaan yang banyak, maka untuk para
tamu sudah dipersiapkan sebuah tas tentengan khusus yang seragam dan tidak
terlalu besar untuk mengemas keperluan di Arafah hingga Mina nantinya. Kamipun
hanya membawa pakaian seperlunya serta beberapa keperluan mandi yang memang
sudah disediakan oleh panitia bersama tas tentengan itu. Selain itu, menjelang
keberangkatan ke ‘Arafah panitia melengkapi semua jama’ah tamu masing-masing
sebuah handphone Nokia Asha 505 touchscreen lengkap dengan simcard Saudi yang
sudah terisi pulsa 50 real (lk. Rp.150.000).
Fasilitas yang disebut terakhir ini sudah tentu bertujuan untuk memudahkan
komunikasi antar jamaah tamu dan panitia saat pelaksanaan ibadah haji ‘Arafah
nantinya. Meskipun semua jam’ah membawa handphone, namun bagi jamaah, gadget
ini tentu memiliki kenangan tersendiri serta dapat dimanfaatkan untuk berbagai
komunikasi lainnya dalam jangka panjang, bahkan saat kembali ke tanah air
nantinya…alhamdulillah.
Setelah
semua persiapan ke ‘Arafah selesai, maka ba’da Zhuhur saya dan jamaah tamu
lainnya sudah memakai pakaian ihram untuk pelaksanaa ibadah haji. Kami menunggu
keberangkatan di lobby hotel, sementara sebagian yang lain sudah ada yang mulai
mengatur bagasi. Agaknya antrian menaiki
buspun diatur sedemikian rupa sesuai dengan negara asal masing-masing.
Setidaknya
ada 26 buah bus jama’ah tamu kerajaan yang berangkat dari Hotel Makarim secara
bersamaan menuju ‘Arafah. Masing-masing tamu ditentukan nomor bus masing-masing
yang tidak boleh bertukar-tukar selama pelaksanaan haji ‘Arafah hingga Mina.
Untuk itu ID Card masing-masing ditempeli nomor bus yang akan digunakan agar
tidak terjadi kekeliruan menaiki bus, karena karoseri dan warnanya semua memang
sama...... (baca lanjutannya..... klik di sini)
© Irhash A. Shamad
© Irhash A. Shamad
Posting Komentar