Home » , , , , » "Hadza Min Fadhli Rabby" : Pengalaman Haji Atas Undangan Raja Saudi Arabia 2014 (Bagian 1)

"Hadza Min Fadhli Rabby" : Pengalaman Haji Atas Undangan Raja Saudi Arabia 2014 (Bagian 1)

Written By Irhash A. Shamad on 09 Februari 2015 | 23.58


Bagi saya dan keluarga, keinginan untuk menunaikan ibadah haji sejak beberapa tahun terakhir  sudah menjadi impian yang begitu kuat namun masih saja terasa mengawang. Meskipun sudah ada niat untuk mendaftar haji reguler pada tahun 2014 ini, namun masa tunggu yang begitu panjang (l.k. 12 tahun) membuat kami kembali mempertimbangkan untuk mendapatkan program yang lebih singkat, dan satu-satunyanya cara adalah mendaftar ONH Plus. Akan tetapi dengan menimbang situasi finansial kami sekarang, rasanya itupun  juga terasa berat untuk saat ini. Selama dua tahun terakhir ini banyak beban finansial yang harus ditunaikan, serta berbagai masalah internal keluarga yang muncul tahun ini tercatat begitu menyita pemikiran pula. Akan tetapi, justru hal itu pulalah yang membuat kami semakin memerlukan wahana untuk lebih bertaqarrub kepada Sang Khaliq, dan tentu, menunaikan ibadah haji adalah salah satu ibadah wajib yang paling tepat untuk tujuan taqarrub itu.
Beberapa hari sebelum Ramadhan 2014, secara kebetulan dan (pastinya) atas kehendak Allah SWT, salah seorang sahabat  alumni Jami’ah Umm Quro Makkah, tiba-tiba meminta saya mempersiapkan dokumen berupa fotocopy paspor dan Curiculum Vitae (CV)  untuk Kedutaan Saudi Arabia di Jakarta. Menurutnya, dukumen itu untuk melengkapi administrasi calon jemaah haji dan pembuatan visa untuk pemberangkatan haji 2014 atas undangan Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al Saud. Subhanallah!,...meski setengah percaya terhadap apa yang disampaikan, saya tetap mempersiapkan dokumen-dokumen tersebut.
Beberapa waktupun berlalu ; hingga akhir Ramadhan, Syawal, bahkan hingga awal Zulqai’dah, info tentang kemungkinan berangkat haji itu seperti hilang begitu saja. Masih saja belum ada kabar apa-apa tentang kelanjutannya, bahkan, saya hampir memastikan, bahwa itu hanyalah harapan kosong yang mungkin belum perlu masuk ruang agenda saya tahun ini, dan karena itu pula saya sengaja tidak memberitahu siapa-siapa, termasuk anggota keluarga sendiri.
Pada minggu pertama Zulqa’idah saya mendapat pesan (sms) yang meminta agar saya mengirimkan Passport asli dan Kartu Kuning (vaksin mininginitis) ke Kedutaan Besar Saudi Arabia melalui Atase Keagamaan di Jakarta. Dengan pesan ini, keyakinan sayapun mulai sedikit menguat menjadi 75 persen, namun saya juga masih belum berani untuk memberitahu keluarga besar, karena menurut informasi yang saya dapat, bahwa itu juga belum dapat menjadi alasan bahwa saya pasti akan diberangkatkan, meskipun hati kecil ini tetap berharap bisa melaksanakan ibadah haji dengan undangan Raja Saudi ini. Untuk Itulah, diam-diam saya mempersiapkan diri dengan manasik privat, perlengkapan ihram serta perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk di tanah suci nantinya.
Pada tanggal 25 Zulqa’idah (20 September 2014) atau tidak sampai dua minggu sebelum pelaksanaan haji ‘Arafah, barulah saya mendapat telepon langsung dari salah  seorang pejabat Atase Keagamaan Kedutaan Besar Saudi Arabia di Jakarta yang memberitahukan bahwa saya bersama tamu-tamu kerajaan lainnya akan diberangkatkan dari Jakarta tanggal 25 September 2014 untuk menunaikan ibadah Haji di Mekkah tahun ini (1435 H.). Diinformasikan juga bahwa pelepasan jamaah calon haji undangan khusus Raja ini akan dilaksanakan di rumah kediaman Duta Besar Saudi Arabia (jalan Teuku Umar Jakarta Pusat), pada Kamis 25 September jam 07.00 pagi, dan semua undangan diharapkan telah membawa serta semua perlengkapan pribadi seperlunya untuk perjalanan haji, segala puji bagi Allah Rabb al-‘alamiinhaza min fadhly Rabby!. Dengan telepon terakhir ini sontak keyakinan saya meningkat menjadi 95 persen. Artinya masih saja tersisa 5 persen untuk kemungkinan gagal, karena hingga detik itu saya belum memiliki pegangan tertulis apapun yang menyatakan bahwa pihak kedutaan memang akan memberangkatkan saya, kecuali pemberitahuan lisan dari pihak Atase Keagamaan yang orangnya secara pribadi bahkan belum saya kenal sama sekali (Bapak Noorman).
Dengan pemberitahuan ini, dan bagaimanapun rasa kekurangyakinan saya itu masih tersisa, namun saya harus segera bersiap-siap untuk berangkat ke Jakarta, paling lambat tanggal 24 September sore, dan saya segera mempersiapkan diri sebaik-baik mungkin untuk itu, meski waktu sangat sempit untuk mempersiapkan sebuah perjalanan spritual yang sangat bersejarah dalam hidup saya. Saya sengaja membooking hotel yang lebih dekat dengan rumah kediaman Duta Besar Saudi di jalan  Teuku Umar Jakarta untuk satu malam agar tidak terlambat untuk pagi-pagi sekali berada di sana dengan semua persiapan keberangkatan ke tanah suci.
Berbekal pemberitahuan lewat telepon itu, maka tanggal 24 September 2014 saya berangkat ke Jakarta dengan tanpa ragu sambil mempersiapkan mental untuk kemungkinan gagal berangkat haji. Oleh karenanya, suasana keberangkatan ini sengaja tidak dibuat istimewa dan monumental seperti layaknya orang-orang pergi berangkat Haji, apalagi pula tanpa diawali dengan walimatus safar dalam rangka syukuran atau apalah namanya. Saya  ke bandara dengan hanya diantar oleh keluarga kecil, istri, mantu, cucu, dan salah seorang adik ipar, keberangkatan yang tidak lebih dari keberangkatan yang sangat biasa. Meskipun sebelumnya semua keluarga inti saya ; istri, orang tua, anak-anak, mantu dan saudara-saudara yang lain sudah diberitahu tentang hal ini, namun hanya sebatas pengetahuan tentang kemungkinan, belum sebuah kepastian. Hal itu ternyata tak mengurangi antusiasme mereka untuk memberikan support dengan cara mereka masing-masing, meski saat keberangkatan ini, anak-anak saya tidak dapat ikut mengantarkan, namun terasa ada nuansa keharuan tersendiri dengan keadaan yang tidak lazim seperti ini.
Tepat jam 07.00 pagi tanggal 25 September 2014 saya sudah berada di depan rumah Duta Besar Saudi Arabia. Pagi ini sudah ada beberapa orang calon undangan lain yang datang dari berbagai daerah. Di pintu pagar sudah ada kesibukan para petugas dan para tamu yang sedang menelusuri sebuah daftar dan mencari nama masing-masing untuk memastikan bahwa mereka terdaftar. Ada kekhawatiran di hati ini, jangan-jangan justru nama saya tidak tercantum di daftar itu, sebagaimana juga kekhawatiran yang dirasakan oleh tamu-tamu yang lainnya. Kekhawatiran ini lebih-lebih dirasakan oleh tamu-tamu yang ‘keberangkatan’ mereka saat ini diantar oleh sanak keluarga. Tidak bisa dibayangkan, kalau saja mereka tidak jadi diberangkatkan. Namun, sekali lagi alhamdulillah, nama saya memang ada didaftar itu. Ini artinya, saya akan berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji atas undangan Raja Arab Saudi, alhamdulillahi Rabb al-‘aalamiin, haza min fadhli Rabby!.  Satu persatu tamu yang terdaftar diberikan ID Card dan dipersilakan memasuki halaman Duta Besar, untuk kemudian masuk ke dalam rumah. Meskipun saya dan para tamu lainnya tidak saling kenal pada awalnya, namun pagi ini serasa mendadak muncul keakraban tersendiri. Selesai temu ramah, upacara pelepasan calon haji undangan Raja Arab Saudi inipun dimulai dengan sambutan oleh Bapak Dr. Ibrahim Al Nughaimsy (Atase Agama Kedutaan Arab Saudi) dilanjutkan dengan pelepasan secara resmi oleh Duta Besar Arab Saudi Bapak Syekh Musthafa Ibrahim Al-Mubarak. Acara, yang tentu saja dilengkapi dengan jamuan ala Arab Saudi, ini kemudian diakhiri dengan penyerahan pakaian ihram yang telah disediakan secara cuma-cuma untuk masing-masing tamu undangan yang akan diberangkatkan.

Pada jam 10.30 acarapun selesai, dan kami berangkat menuju bis yang akan membawa kami menuju Bandara Soekarno-Hatta, sementara bagasi bawaan sudah terlebih dahulu diurus oleh panitia dengan menggunakan mobil box tersendiri. Ada kelegaan yang saya rasakan selama di perjalanan menuju Bandara. Semua keragu-raguan akan kemungkinan tidak jadi berangkat menjadi sirna, yang ada hanyalah kesyukuran dan kesyukuran atas semua karunia yang telah ditentukan Allah SWT ini. Semogalah perjalanan ini diredhaiNya dan senantiasa diberi kekuatan dan kesehatan hingga dapat menjalankan semua syarat dan rukun haji sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. dan kembali ke tanah air dengan selamat.
Di terminal 2B Bandara Soekarno Hatta, panitia pemberangkatan membagikan tiket masing-masing dan mengembalikan Passport asli beserta Kartu Kuning yang beberapa waktu yang lalu dikirimkan. Kami mengira setelah passport dikembalikan, semua urusan keberangkatan seperti bagasi, imigrasi, airport tax dan lain-lain, selanjutnya akan diurus oleh masing-masing, namun ternyata semua itu juga sudah diuruskan oleh panitia yang ditunjuk, kami dengan tentengan tangan masing-masing langsung menuju imigrasi tanpa terlebih dahulu harus check in di kounter untuk kemudian masuk ke ruang tunggu.
Pada jam 13.05 semua jamaah undangan khusus Kerajaan ini berangkat ke Jeddah dengan menggunakan maskapai penerbangan SaudiAirlines. Sebelum tinggal landas, kepada kami diberitahukan bahwa pesawat akan langsung menuju Jeddah dan akan menempuh perjalanan selama 10 jam tanpa transit. Daerah miqat akan dilewati di atas pesawat, karenanya, kepada kami diharuskan menyiapkan pakaian ihram yg sudah disediakan untuk dipakai di atas pesawat beberapa menit sebelum mendarat di Jeddah, tepatnya di atas wilayah Qarnul manazil (Yalamlam). Sekitar l.k. jam 10 malam pada jam saya (atau jam 06.00 sore WSA), kami jamaah penumpang SaudiAirline diberitahu lewat monitor masing-masing agar bersiap-siap mengganti pakaian dengan pakaian ihram, karena beberapa menit lagi pesawat akan memasuki wilayah miqat. Saya dan semua jamaah penumpang bersegera memakai pakaian ihram. Berhubung mushalla di atas pesawat luasnya terbatas, begitu juga tempat wudhu’, maka pergantian pakaian ini dilakukan secara bergantian.
Setelah semua selesai mengganti pakaian, kemudian masing-masing melafazhkan niat ‘umrah (labbaika allahumma ‘umratan), dan segera setelah itu berkumandanglah talbiyah di dalam kabin pesawat. Seiring lantunan talbiyah yang kian terasa sendu, hatikupun terasa luruh, membayangkan karunia Allah yang saat ini aku terima, hingga akhirnya aku dapat mengunjungi Baitullah tahun ini untuk menunaikan rukun Islam yang kelima, tanpa harus menunggu beberapa tahun …. aku penuhi panggilanMU ya Allah, aku penuhi panggilanMU….  terasa begitu bergetar karena panggilan itu benar-benar saya rasakan dalam anugerah undangan khusus ini......... (baca lanjutannya.... klik di sini)

© Irhash A. Shamad  

Share this article :

+ comments + 7 comments

11 September 2015 pukul 10.46

السلام عليكم

30 Januari 2017 pukul 11.29

Syukur alhamdulillah bisa berangkat Haji dengan Undangan Raja Saudi .....betapa nikmatnya ......

8 Juni 2017 pukul 13.46

assalamu 'alaikum, gimana tuh pak caranya biar dapet undagan raja Salman,,#rindubaitullah

25 September 2017 pukul 18.39

Assalamualaikum Pak Irhash, salam kenal seru sekali ceritanya semoga menjadi pengobat rindu bagi kita yang merindukan baitullah.

Anonim
12 November 2017 pukul 18.56

masya Allah bapak...
saya jadi pengen..

kalau boleh tau, bagaimana awal mulanya bapak bisa memperoleh haji jalur undangan raja?
terima kasih.

doakan saya bapak, semoga saya bisa haji secepatnya...
aamiin.
terima kasih banyak

Anonim
12 November 2017 pukul 18.58

masya Allah bapak...
saya jadi pengen tau caranya.

kalai boleh tau, bagaimana awal mula bisa memperoleh haji jalur undangan raja arab?

doakan saya bapak agar bisa haji secepatnya...
aamiin.
terima kasih banyak.

16 Januari 2018 pukul 17.36

wa'alaikumussalaam....terima kasih sudah mampir

Posting Komentar

Maklumat

Maklumat
 
Support : Pandani Web Design
Copyright © 2009-2014. Irhash's Cluster - All Rights Reserved
Template Created by Maskolis
Proudly powered by Blogger