Home » , , , , » "Hadza Min Fadhli Rabby" : Pengalaman Haji Atas Undangan Raja Saudi Arabia 2014 (Bagian 5)

"Hadza Min Fadhli Rabby" : Pengalaman Haji Atas Undangan Raja Saudi Arabia 2014 (Bagian 5)

Written By Irhash A. Shamad on 01 Maret 2015 | 05.17



Lewat  jam 02.00 dini hari perjalanan dilanjutkan ke Mina. Semua rombongan kembali menaiki bus masing-masing, dan caravan kamipun menyusuri jalan padat menuju Mina yang penuh dengan para jama’ah layaknya hijrah massal. Mendekati shubuh barulah rombongan memasuki Mina, karena konvoi kendaraan kami tidak bisa bergerak dengan cepat. Sesampai di Mina kami para jamaah tamu ditempatkan di beberapa tenda dalam satu komplek khusus di pinggiran jalan masuk lantai 1 dan 2 Jamaraat, atau tepatnya berseberangan jalan dengan masjid Al-Khaif. Komplek tenda jamaah tamu yang hanya berjarak l.k. 500 meter dari jumratul uula ini memiliki fasillitas sama dengan yang terdapat pada tenda-tenda yang ditempati di Arafah, kecuali hanya tidak memiliki ruang terbuka yang cukup, yang ada hanya gang-gang diantara tenda-tenda. Begitu keluar komplek tenda langsung berhubungan dengan jalan masuk jamaraat lantai 1 dan 2. 



Tanpa mengambil istirahat, sesudah shalat shubuh kamipun langsung menuju jamaraat untuk melempar jumrah ‘AqabahBagi saya yang pertama kali menjalankan ibadah haji, sebelumnya hanya cerita yang baru saya ketahui tentang  Jamaraat.  Jamaraat adalah simbol syetan yang mengganggu Nabi Ibrahim sewaktu akan menjalankan perintah Allah saat Nabi Ibahim akan menyembelih anak kesayangannya Ismail atas perintah Allah, karena itulah umat Islam kemudian disyariatkan pula untuk melempar  jamaraat yang tiga itu sebagai simbol perlawanan terhadap syetan yang selalu menggoda manusia agar mengingkari syariat Allah SWT. Semula dugaan saya simbol itu tak lebih dari sebuah simbol, begitu juga jamaraat yang menjadi simbol syethan musuh manusia.
Pengalaman pertama di jamaraat ini, terutama sewaktu melalui jumrah uula untuk mencapai jumrah ‘aqabah, bulu kuduk saya tiba-tiba merinding, dan sangat merinding entah kenapa?… mungkinkah hanya saya yang merasakannya?, karena saya melihat orang-orang lain yang berdesakan melempar jumrah itu nampaknya biasa-biasa saja. Begitu jelas ditelinga saya terdengar suara raungan nyaring dan sengau mengiringi gemuruh keramaian jamaah, entah dari mana asalnya, namun yang pasti itu bukan raungan biasa. Saya mencoba untuk memilah pendengaran saya antara gemuruh dan pekikan sengau tersebut, karena mungkin saja itu efek akustik dari gemuruh suara keramaian, namun itupun tidak relevan. Setelah melewati jumrah uula, saya mencoba kembali mengamati suara nyaring itu, saya sengaja berdiam sejenak untuk kembali memilah antara suara gemuruh dan raungan nyaring itu, namun tetap masih terdengar dan menakutkan. Subhanallah, saya benar-benar merinding saat ini, keringatpun membasahi hampir seluruh tubuh saya, dan terasa gemetar seluruh persendian, karena semakin saya fokus pada suara aneh itu, semakin nyaring saja terdengar. Ingin saya memastikan melalui teman sesama jamaah tamu yang semula bersama saya ke jamaraat, namun ia tidak lagi kelihatan dan mungkin sudah lebih dulu ke jumrah ‘aqabah. Kemudian sayapun menuju jumrah ‘aqabah untuk menyelesaikan rukun haji, meski suara itu tetap terdengar. Saya berusaha untuk tidak emosional dalam melempar sesuai yang saya ketahui sebelumnya, dan sayapun tidak larut memikirkan suara aneh tadi dalam melempar. Mungkinkah itu suara pekikan syethan yang sedang dilempari beramai-ramai yang diperdengarkan kepada saya, ataukah hanya halusinasi semata? Wallahu a’lamu bish-shawab.      
Setelah ramyu di jumrah, saya selanjutnya kembali ke tenda untuk mencukur rambut supaya bisa secepatnya tahallul agar kami dapat melepas pakaian ihram. Semula saya menduga bercukur harus dilakukan sendiri-sendiri, karena itu selesai melempar jumrah ‘aqabah begitu sampai di jalan keluar jamaraat banyak sekali ditemukan barbershop untuk bercukur bagi para jama’ah yang ingin tahallul. Saya semula akan bercukur di salah satu barbershop itu, namun karena ramainya antrian, niat itu saya batalkan. Saya bersama salah seorang teman dari Manado yang bertemu saat keluar jamaraat, kemudian pulang ke tenda untuk bercukur bersama jama’ah yang lain.
Di tenda-tenda jamaah tamu, sebenarnya sudah disediakan  beberapa tukang cukur, akan tetapi tidak sedikit juga diantara jamaah saling cukur dengan cara masing-masing. Sayapun mencoba untuk bercukur bergantian dengan salah seorang jamaah dari Thailand. Dengan modal gunting dan satu cermin kecil, maka saya mencoba mengunting rambutnya secara berangsur hingga pendeknya merata dan rapi sesuai keinginannya. Akan tetapi ketika giliran dia menggunting rambut saya, saya meminta agar tidak terlalu pendek, tapi cukup sisakan 2 cm merata. Kami tidak menggunakan kaca depan dan belakang untuk mengontrol hasil guntingan itu, kecuali hanya sebuah kaca cermin di depan. Selebihnya adalah rasa saling percaya saja. Maka selesailah satu sesi yang memungkinkan kami dapat melepas pakaian ihram.
Apa yang kemudian saya ketahui di sore harinya adalah ternyata rambut bagian belakang saya digunting tidak karuan, belang-belang, bergaris-garis, dan sebagian tebal sebagian begitu tipis bahkan kurang dari setengah sentimeter. Hal ini saya ketahui setelah mencoba memotret bagian belakang kepala dengan menggunakan handphone, wadouhh!…. tidak dapat saya bayangkan betapa itu memalukan, karena ini kepala sudah saya bawa kemana-mana keluar tenda pada waktu siangnya. Lebih herannya lagi, tidak satupun diantara jama’ah tamu lain mengingatkan saya tentang hal ini. Karena itu saya segera mencari pertolongan  kepada salah seorang  jamaah, kalau-kalau ada yang membawa mesin potong  rambut untuk merapikan rambut saya, dan alhamdulillah dengan batuan salah seorang jamaah dari Indonesia menjelang maghrib rambut saya sudah dirapikan secara merata sesuai ukuran terpendek hasil karya teman Thailand saya itu, meskipun terpaksa harus plontos, dan tidak seperti yang saya inginkan semula,….. namun,  ini menjadi pengalaman plontos kedua bagi saya sesudah plontos untuk perpeloncoan waktu masuk perguruan tinggi lebih dari 30 tahun yang lalu.



Sesuai penjadwalan panitia, kami jamaah tamu kerajaan hanya mengambil Nafar Awal, oleh karenanya mabit di Mina sampai hari kedua tasyriq. Hari ini kami jamaah tamu secara berombongan berangkat ke jamaraat untuk melempar ketiga jumrah untuk kemudian langsung meninggalkan Mina. Semua tas dikumpulkan untuk di bawa langsung ke Madinah, sementara semua jamaah kembali ke Makkah untuk menunaikan thawaf ifadah. Selesai melempar jumrah ‘Aqabah seyogianya di luar area sudah menunggu bus-bus kerajaan yang akan membawa kami kembali ke hotel, namun karena kemacetan lalu lintas Mina dan Makkah, bus kami terpaksa menunggu kurang lebih 3 km dari Mina. Karena itu kami harus berjalan kaki ke tempat bus tersebut. Kali ini saya benar-benar merasakan berhaji yang sesungguhnya, berbaur bersama jamaah yang bermacam ragam dan berjalan di panas terik dengan suhu yang sangat tinggi. Saya merasakan bagaimana berebutan air mineral yang dibagikan dari atas truk serta semprotan dari truk-truk air untuk membantu kelembaban udara, serta menghayati bagaimana hausnya kafilah yang menyusuri padang pasir di panas terik.  Meskipun kami berjalan diatas jalan beraspal yang panas dan menyisir banyak sekali kendaraan yang terpaksa parkir karena macet, namun ini cukup menjadi pengalaman yang berharga.
Sesampai di hotel semua jamaah beristirahat menunggu maghrib untuk kemudian menyelesaikan rukun terakhir pelaksanaan ibadah haji ini, yaitu thawaf ifadhah. Pelaksanaan thawaf ifadhah di Masjidil Haram diserahkan kepada masing-masing jamaah. Saya dengan beberapa orang berangkat ke Masjidil Haram setelah maghrib dan menyelesaikan thawaf dan sa’i hingga jam 10.00 WSA. Dengan demikian setelah tahallul tsani, berakhirlah pelaksanaa ibadah haji dengan harapan kiranya semua rangkaian ibadah ini diterima Allah SWT sebagai hajjan mabruran, wa sa’iyan masykuuran wa zanban maghfuuran, wa tijaaratan lan tabuuran……aamiiin....  (baca lanjutannya.....klik di sini)
© Irhash A. Shamad
Share this article :

+ comments + 2 comments

17 Juni 2016 pukul 10.22

Subhanallah Bapak...sangat mengharukan sekali, semoga suatu saat nanti saya mendapatkan berkah berkunjung ke Baitullah. Amin

16 Januari 2018 pukul 17.34

terima kasih apresiasinya..... semoga Allah mengabulkannya, aamiin

Posting Komentar

Maklumat

Maklumat
 
Support : Pandani Web Design
Copyright © 2009-2014. Irhash's Cluster - All Rights Reserved
Template Created by Maskolis
Proudly powered by Blogger